Klaim Budaya oleh Malaysia, Budaya Siapa ?

Thursday, February 21, 2013

Reyog Ponorogo
TEMPO.CO, Jakarta – Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, menyatakan pemerintah Malaysia sudah tujuh kali mengklaim budaya Indonesia sejak 2007 lalu. Pertama, klaim terhadap kesenian Reog Ponorogo pada November 2007, Setelah itu pemerintah Malaysia mengklaim lagu daerah asal Maluku, Rasa Sayange, pada Desember 2008 lalu, Tari Pendet dari Bali juga diklaim pada Agustus 2009 lewat iklan pariwisata “Malaysia Truly Asia”, berikutnya adalah kerajinan batik pada Oktober 2009, Setelah itu ada klaim alat musik angklung pada Maret 2010, Dan yang terakhir adalah klaim tari tortor dan alat musik Gordang Sambilan dari Mandailing.
http://www.tempo.co/read/news/2012/06/20/173411849/Tujuh-Klaim-Budaya-oleh-Malaysia-Sejak-2007
Seolah tidak ada jeranya, negara tetangga ini terus saja mengklai satu per satu kebudayaan yang jelas jelas milik Indonesia. Tentu ini menimbulkan pertanyaan, mengapa sih Malaysia begitu getolnya untuk memiliki budaya Indonesia? Dan bagaimana hal itu menjadi evaluasi buat kita.
Pertama-tama, kita lihat Malaysia. Negara Malaysia itu negara yang seperti apa sih?Bagaimana sih perlakuan mereka terhadap seni dan budaya?
Malaysia adalah negara yang sedang berkembang pesat. Terlihat dari beberapa perusahaan asal Malaysia yang sudah go internasional dan menjadi salah satu perusahaan yang terpandang di dunia. Dalam aspek seni dan budaya, Malaysia adalah negara yang sangat terbuka. Mereka terbuka dengan budaya budaya baru yang masuk di daerahnya. Bahkan, negara ini tidak segan segan memberi dana yang tidak sedikit untuk pelestarian budaya. Agar, para pewaris budaya ini bisa tetap bisa makan dari usahanya untuk mewariskan budaya ini. Sehingga, budaya-budaya yang ada akan terlestarikan.
Lalau, mari kita lihat negara kita, Indonesia.
Indonesia adalah negara yang kaya raya akan potensinya, termasuk keanekaragaman budayanya yang mencapai urutan ketiga di dunia. Namun, sebagian besar dari potensi tersebut tidak dimaksimalkan, malah dikuasai oleh asing. Dalam aspek seni dan budaya, Indonesia dan sebagian besar masyarakatnya sangat mendewakan budaya asing meskipun memiliki budaya yang sangat luhur. Pemerintah pun kurang mendukung pelestarian budaya itu sendiri. Hal ini terlihat dari susahnya untuk mendapatkan dana di bidang ini. Sehingga para pewaris budaya tidak bisa makan dan lebih memilih untuk beralih profesi dan meninggalkan tanggung jawab dia sebagai pelestari budaya.
“Perlakuan pemerintah dan masyarakat terhadap budaya yang sangat berbeda inilah yang merupakan salah satu alasan kuat bagi masyarakat mandaeling di malaysia untuk melestarikan budayanya di negeri tetangga. Coba bayangkan jika kita adalah seorang penari, pasti akan lebih memilih tempat yang memiliki audiens yang antusias dan menghasilkan uang buat hidup ketimbang penonton yang mendewakan budaya asing dan pemerintah yang kurang peduli terhadap kesejahteraan pelestari budayanya.”
http://oase.kompas.com/read/2012/06/19/22083459/15.Tahun.Memperjuangkan.Gondang.Sambilan
Seharusnya, hal ini menjadi evaluasi bagi kita, Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakatnya. Kita seolah seperti anak kecil yang memiliki segudang mainan yang jarang sekali dimainkan, alih-alih dirawat. Lalu ketika seorang anak lain ingin mencoba mainan kita kita marah besar dan memaki maki orang lain tersebut.
Sungguh tidak dewasa… Jika memang budaya budaya itu budaya kita, budaya Indonesia, ya mari kita hargai kawan. Mari kita lestarikan. Mari kita anggap budaya kita sendiri itu KEREN! Bukan justru kita acuh terhadapnya dan mendewakan budaya asing. Kita sudah memiliki budaya yang sangat keren, kita hanya belum meyadarinya.
Tari Pendet
Untuk pemerintah, mungkin cuplikan artikel ini bisa dijadikan masukan :
“Seharusnya pemerintah Indonesia mendata semua budaya-budaya lokal yang ada ditengah masyarakat, dan mendaftarkannya sebagai warisan budaya nasional serta didaftarkan juga dibawah UNESCO,” kata Ketua Badan Perwakilan Komite Nasional Pemuda Indonesia (BP KNPI) Malaysia, Sagir Alva, dalam rilisnya yang diterima detikcom, Rabu (20/6/2012).
http://news.detik.com/read/2012/06/20/053255/1945676/10/knpi-malaysia-minta-pemerintah-daftarkan-semua-budaya-indonesia-ke-unesco?9911012
Selain pendataan yang benar, harus ada peran aktif pemerintah untuk melestarikan budaya kita. Dari mempublikasikan budaya tiap daerah, dan terutama penjaminan kesejahteraan bagi teman-teman yang berprofesi sebagai penerus warisan budaya. Karena, jika para aktor pewaris budaya ini bisa “makan” dari hasil mewariskan budaya ini, tentu mereka tidak akan beralih profesi.
Tari Tor-Tor
Sebagai tambahan, sebenarnya, Malaysia tidak ingin mengeklaim budaya kita kawan, mari kita simak cuplikan artikel yang ada di bawah ini.
Malaysia mengaku terjadi kesalahpahaman. Bukan diklaim sebagai budaya negara itu tetapi hanya usulan pencatatan terhadap warisan budaya yang dimiliki komunitas Mandailing di Malaysia, dimana budaya itu merupakan dari Sumatera Utara,” katanya yang dihubungi melalui telepon selularnya
http://www.antaranews.com/berita/317046/malaysia-bantah-klaim-tor-tor-budaya-mereka
Jika memang yang diaktakan artikel ini benar, maka saya setuju dengan apa yang dilakukan malaysia. Toh, sebenarnya budaya itu dinamis dan adaptif.
Angklung
Mari jadikan peristiwa ini sebagai evaluasi. Dan mari kita akui bahwa budaya kita memang KEREN!

No comments:

@Denis_AT. Powered by Blogger.